Buku biografi “Sukasno : (Bukan) Petani Biasa” mengisahkan liku-liku perjalanan hidup Sukasno, sosok kontak tani perintis peternakan bebek sistim kandang pertama kali di Pangkalpinang. Usai berpindah kuadran dari karyawan swasta menjadi petani, ia aktif memimpin sejumlah organisasi seperti kelompok tani, koperasi tani, kelompencapir, Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA),Bank Pohon,Dewan Sumber Daya Air, hingga ke partai politik. Banyak yang bisa dipetik dan diteladani dari biografi ini. Sukasno hidup sendirian. Keluarga (istri dan anak) masih di kampung halaman, Sukoharjo. Hari demi hari pun penuh penantian. Sebagai seorang karyawan yang terbiasa aktif di lapangan, menunggu tentu menimbulkan rasa jenuh atau kebosanan. Lantas ia tumpahkan dengan mengisi kegiatan membersihkan lahan, persiapan untuk bercocok tanam di lahan sekitar rumah. Namun itu tidak berlangsung lama. Muncul ide kreatif Sukasno mengusir rasa jenuh yang melanda dalam kesendirian saat itu. Sukasno melihat, di hadapannya terhampar lahan luas. Bisa diolah untuk pertanian. Tidak perlu sewa alias gratis. Ia ingat betul bagaimana dulu petani di kampungnya harus sewa lahan untuk bertani. Kisah itu memantik semangat Sukasno untuk memulai bertani. Lalu, Sukasno menanam seribu batang cabai merah keriting. Bibit yang digunakan bukan lah bibit unggulan pabrikan seperti saat ini. Waktu itu, mencari bibit cabai hibrida bisa dibilang masih susah. Sukasno membuat sendiri bibit cabai secara manual. Bakal benih diambil dari cabai yang dibeli di pasar. Semangat pantang menyerah disertai keinginan terus belajar merupakan kunci menjadi petani inspiratif sekaligus aktif di berbagai organisasi. Pengetahuan luas dipadu dengan pribadi yang rendah hati merupakan ciri khas Sukasno sebagai pemimpin yang bersahaja.