Dinullah Rayes tampil sebagai sosok Penyair Pejuang (Adib Mujahid). Syair-syairnya mengalir bak air dari hulu kalbu bermuara pada hilir satu: cerahkan nurani maka peradaban suci mencerahi. Kini sosok itu menua dalam usia, tapi senantiasa remaja dalam karya. Baginya aku ada untuk bersyair, tanpa syair aku tiada. Aku mengada dengan syair agar makna mengalir tiada akhir. Tokoh Nasional Prof. Din Syamsudin – Saya terpesona akan ikhwal kepenyairan Dinullah Rayes. Penuh gairah serta selalu meny- ala dengan keasyikan, sarat semangat dan total pengabdian terhadap puisi. Menulis puisi baginya bukan hanya upaya meraih pencapaian puitika. Lebih dari itu. Menulis puisi tampak sebagai salah satu fondasi utama dalam aktivitas penegakan dan pemaknaan hidup sang penyair sehari-hari. Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri – Dinullah Rayes adalah sastrawan Indonesia yang berasal dari Sumbawa. Ia seorang pen- yair yang tekun berkarya sejak muda sampai berusia di atas 80 tahun. Semangat kepenyairannya tak pernah berhenti. Zaman berubah dan musim berganti ia tetap setia berkarya. Sastrawan KH. D. Zawawi Imron – Dunia kepenyairan Indonesia banyak memiliki penyair yang sering menunjukkan pen- gorbanan dan dedikasi luar biasa pada sastra Indonesia. Di Sumbawa, NTB, ada penyair senior Dinullah Rayes. Jika inti kepahlawanan adalah kerelaan berkorban untuk bangsan- ya, maka Dinullah Rayes adalah pahlawan sastra. Ia rela mengorbankan apa saja untuk ikut memajukan kesusastraan bangsanya, tanpa peduli waktu, jarak, dan usia. Sastrawan Ahmadun Yosi Herfanda – Bagi masyarakat Sumbawa, Dinullah adalah sosok penting yang merepresentasi dalam dunia kesusastraan, tradisi dan budaya. Semoga Dinullah bukan generasi terakhir yang mewakili sikap kultural orang Sumbawa. Karena, lewat puisi kita bisa menjaga cinta yang (pernah) ada. Penulis/Wartawan, H. Riyanto Rabbah –