Cerita dimulai dengan kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW di Makkah, yang lahir sebagai seorang yatim dan diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, dan kemudian oleh pamannya, Abu Thalib. Masa kecil Nabi dipenuhi dengan kasih sayang, kesederhanaan, dan kejujuran, yang akhirnya membentuk karakter mulia beliau. Salah satu peristiwa penting dalam hidupnya adalah ketika beliau ikut dalam perjalanan dagang ke Syam bersama Abu Thalib, di mana beliau bertemu dengan Pendeta Bahira yang mengenali tanda-tanda kenabian dalam diri Nabi. Kejujuran dan perilaku mulia Nabi membuatnya dijuluki “Al-Amin”, yang berarti “Yang Terpercaya”.

Perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW yang dimulai dengan peristiwa turunnya wahyu pertama di Gua Hira, yang membuat beliau merasa takut dan bingung, namun mendapat dukungan dari istrinya, Khadijah, serta Waraqah bin Naufal. Dakwah beliau dimulai secara sembunyi-sembunyi dan kemudian terbuka, meskipun beliau menghadapi berbagai penolakan dan penyiksaan dari kaum Quraisy. Pada puncak penindasan, Nabi dan para pengikutnya mengalami boikot, yang akhirnya mendorong mereka untuk berhijrah ke Madinah. Selama perjalanan dakwahnya, Nabi tetap menunjukkan rasa cinta, bahkan kepada musuh musuhnya, sebagai teladan dalam menyebarkan kebaikan, ketabahan, dan kejujuran.