Haidar adalah seorang santri muda yang dipaksa oleh orang tuanya untuk masuk pesantren. Awalnya, ia merasa terasing di tempat yang penuh rutinitas, jauh dari kehidupan bebas yang ia kenal. Hatinya “membiru,” terjebak dalam perasaan kesepian, penyesalan, dan kegelisahan. Namun, sebuah perjalanan panjang selama sepuluh tahun mengubah segalanya.
Di pesantren, Haidar bertemu dengan seorang guru bijak, Kiai Mukhlis, yang membimbingnya dengan penuh kasih dan keteladanan. Melalui tugas-tugas sederhana seperti merawat ladang hingga amanah besar sebagai rais pesantren, Haidar belajar tentang arti ketulusan, perjuangan, dan keikhlasan.
Peci yang selalu ia kenakan, yang penuh debu dan bercak, menjadi saksi perjalanan hidupnya. Awalnya dianggap simbol kegagalan, peci itu akhirnya menjadi pengingat akan setiap langkah kecil yang telah ia ambil menuju kedewasaan.
Ketika waktunya tiba, Haidar dipanggil untuk kembali ke desanya yang membutuhkan sosok ustaz untuk mengajarkan agama. Dengan hati yang lebih matang dan ilmu yang ia bawa, Haidar menemukan makna sejati dari berkah seorang guru kepada muridnya—bukan sekadar ilmu, tapi perjalanan untuk membawa manfaat bagi orang lain.
“Pecinya Berdebu, Hatinya Membiru” adalah kisah tentang perjalanan spiritual, perjuangan mencari jati diri, dan kekuatan keikhlasan yang menyentuh hati. Sebuah cerita yang mengajarkan bahwa berkah bukan tentang kesempurnaan, melainkan tentang langkah-langkah kecil menuju kebaikan.
Lihat Selengkapnya
Lihat Lebih Sedikit
-
Jumlah Halaman
VI + 208
PenerbitPutLeS
-
ISBN
978-634-7064-20-2
EISBN978-634-7064-23-3
-
Tahun Terbit
2025
Format Buku5
