Program kredit mikro banyak diadopsi oleh berbagai negara dalam rangka mengembangkan usaha mikro kecil menengah sekaligus sebagai upaya untuk mengentaskan kemiskinan. Namun, pelaksanaan program kredit mikro sampai sejauh ini sering dikritik karena masih menciptakan tingkat kredit macet yang tinggi dan kurang optimal dalam mengurangi angka kemiskinan. Padahal secara ideal, program kredit mikro dituntut agar bisa menyediakan sistem keuangan yang inklusif, yakni sistem keuangan yang bisa menjangkau semua lapisan masyarakat, terutama bagi golongan masyarakat miskin. Atas dasar persoalan tersebut, maka buku ini disusun untuk membongkar kekuatan Lembaga Keuangan Mikro secara ideal yang selama ini jarang diketahui oleh rata-rata pelaku sektor keuangan. Upaya tersebut dilakukan melalui pelacakan secara historis perkembangan sistem keuangan serta aplikasinya bagi dinamika program kredit ditingkat global, khususnya di Indonesia. Temuan menariknya, bahwa dinamika sistem keuangan telah membentuk format kredit mikro yang beragam, namun rata-rata masih mengalami eksklusivitas kredit sehingga membentuk dualisme keuangan. Hasil penelusuran secara teoritis dan empiris membuktikan bahwa sifat kelembagaan dari Lembaga Keuangan Mikro yang dinilai berhasil adalah mengacu pada model pengaturan yang bisa memanfaatkan modal sosial dan mampu menjalankan aktivitas pemberdayaan. Pentingnya modal sosial karena modal tersebut adalah yang potensial dimiliki oleh orang miskin, karena modal ekonomi sudah tidak mungkin (atau sedikit) mereka miliki. Sementara mekanisme pemberdayaan sangat dibutuhkan agar mampu meningkatkan kapasitas masyarakat miskin adalah memanfaatkan pinjaman secara produktif. Eksplorasi keduanya sangat penting bagi sumbangsihnya terhadap literatur sehingga sifat dan pengaturan kelembagaan yang disusun dapat menjadi solusi dalam membangun tata kelola kredit mikro yang ideal. Literatur sangat dibutuhkan sebagai pedoman bagi para praktisi dan juga kontribusinya bagi pengkayaan disiplin teori kelembagaan kredit mikro.