
Uang Ujian. Begini, Bu. Aku ingin membantu Ibu. Aku akan jualan menggantikan Ibu, selama Ibu sakit. Untuk membayar biaya ujianku, Bu, jelasku sambil kurapikan bantal Ibu yang acak-acakan. Ibuku memandangi wajahku dengan terenyuh. Air matanya mengalir di kedua pipinya yang mulai keriput itu. Lalu dengan nada yang penuh duka, ia berkata lirih kepadaku. Seandainya Ayahmu masih hidup, barangkali penderitaan kita tidak seberat ini. Ayahmu dulu orangnya baik, tekun, disiplin, dan giat berbakti kepada Tuhan. Akan tetapi, justru dia lebih cepat dipanggil oleh Tuhan, kembali pada-Nya. Yah... Ibuku menghela nafas panjang, mengenang almarhum Ayahku. Sudahlah, Bu. Jangan dipikirkan tentang Ayah. Beliau sudah hidup damai bersama Tuhan, kataku menghibur hati Ibuku yang sedang kacau itu. Baiklah, Nak. Sebenarnya aku tidak ingin anakku yang hanya satu-satunya ini hidup menderita. Akan tetapi, apa boleh buat. Ibu tak bisa kerja lagi karena sakit. Kalau kau ingin berusaha mencari uang untuk menambah biaya ujianmu yang tinggal tiga puluh ribu rupiah itu, Ibu merestuimu, Nak. Akan tetapi, ingat pesan Ibu. Hati-hatilah dalam bekerja, dan belajarlah baik-baik supaya kau nanti lulus dengan nilai yang baik pula. Dalam setiap langkahmu mintalah petunjuk kepada Tuhan, dalam berdoa. Karena kita ini adalah milik-Nya. Hidup dan mati kita berada di tangan-Nya," pesan Ibu seraya mencium keningku dengan penuh kasih sayang.
Lihat Selengkapnya
Lihat Lebih Sedikit
-
Jumlah Halaman
261
PenerbitAE Publishing
-
ISBN
978-623-6642-34-4
EISBNOn Process
-
Tahun Terbit
2021
Format Buku5