Keranjang Buku
Memuat Keranjang
Keranjang kamu masih kosong
Kiai Mengaji Santri Acungkan Jari ; Refleksi Kritis atas Tradisi dan Pemikiran Pesantren
Kiai Mengaji Santri Acungkan Jari ; Refleksi Kritis atas Tradisi dan Pemikiran Pesantren
Deskripsi Buku
“... bertanya itu adalah suatu anugerah Tuhan yang tidak boleh dibumihanguskan dan dihalang-halangi dengan cara apa pun.” **** “Santri, kiai, dan kitab” di dunia pesantren memiliki hubungan yang unik, khas, dan menarik. Ketiganya tidak bisa disamakan dengan “murid, guru, dan buku” dalam proses pembelajaran di sekolah formal maupun di lembaga pendidikan umum yang lain. Mungkin karena keunikannya itu, pesantren pernah melahirkan nama-nama besar seperti Hasyim Asy’ari, Saefuddin Zuhri, Gus Dur, Mahfud MD, Nurcholis Madjid, Din Syamsuddin, Emha Ainun Nadjib, hingga Jusuf Kalla. Namun demikian, sejauh mana “kekhasan” metode pendidikan pesantren itu perlu dipertahankan? Apa saja yang perlu diperbaiki atau bahkan ditinggalkan? Dengan penuh rasa cinta, buku ini mencoba mengkritisi hal-hal fundamental yang selama ini berjalan di pesantren. Bukankah mengkritisi tidak harus diartikan negatif sebagaimana cemburu kadang menjadi bukti kedalaman cintamu? Bukankah tradisi kritis dalam Islam sudah muncul semenjak Islam itu sendiri tumbuh, sebagaimana sahabat Hubaib bin al-Mundzir yang pernah mengkritisi Rasulullah Saw. terkait penempatan pasukan saat perang Badar? Poin-poin yang ditawarkan buku ini memantik nalar kita untuk merenungkan sekali lagi tradisi pesantren, hubungan santri-kiai, terorisme (atas nama) agama, hingga bagaimana seorang santri “memahami” Tuhan.

Lihat Selengkapnya

Lihat Lebih Sedikit

Detail
  • Jumlah Halaman

    222

    Penerbit

    Pustaka Pesantren

  • ISBN

    602-8995-34-7

    EISBN

  • Tahun Terbit

    2022

    Format Buku

    12 x 18

Mau beli berapa?

Jumlah Buku

Subtotal
Rp. 0
Mau beli berapa?

Jumlah Buku

Subtotal
Rp. 0