Sejak kecil, Rika memiliki kegemaran yang berbeda dari kakak-kakaknya. Jika kakaknya, Ardi dan Santi, sibuk membantu ayah di ladang atau mengelola toko kecil keluarga, Rika lebih senang menghabiskan waktunya menggambar di tanah dengan ranting pohon atau melukis menggunakan pewarna alami yang ia buat sendiri dari dedaunan dan tanah liat.
Bagi Rika, dunia seni adalah dunia yang penuh warna, kebebasan, dan imajinasi tanpa batas. Namun, bagi ayahnya, seni hanyalah hobi yang tidak akan membawa kehidupan yang layak.
"Rika, kamu itu anak laki-laki. Harusnya ikut ayah ke sawah, belajar mengolah tanah, bukan malah mencoret-coret kertas seperti anak kecil!" ujar Pak Wiryo suatu sore saat melihat Rika sibuk menggambar di halaman rumah.
"Tapi, Yah, Rika suka menggambar. Rika ingin jadi pelukis," jawab Rika dengan suara pelan namun penuh harapan.
Pak Wiryo memandangnya, netra anak bungsunya dengan sorot mata penuh keraguan. "Apa yang bisa kau dapat dari melukis? Mau makan dari kertas dan cat? Pelukis bukan pekerjaan, Rika. Itu cuma permainan!"
Rika merenung. Kata-kata ayahnya menyakitkan, tetapi ia tidak berani menambah. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa mimpi adalah bagian dari impianya. Ia ingin menciptakan karya yang bisa menginspirasi orang lain, ia ingin menunjukkan bahwa seni bukanlah omong kosong, melainkan kekuatan. Namun, bagaimana ia bisa mewujudkan mimpinya jika keluarganya sendiri tidak percaya padanya?
Lihat Selengkapnya
Lihat Lebih Sedikit
-
Jumlah Halaman
70
PenerbitMaju Mapan Nusantara
-
ISBN
978-623-396-262-9
EISBN978-623-396-323-7
-
Tahun Terbit
2025
Format Buku20
